Senin, 12 Mei 2008

Negeri Perempuan ala Teater Topeng

Jika Teater Angin memilih mengikuti lomba di Semarang sebagai upaya untuk mempertahankan geliatnya dalam berteater setelah LDM tidak dilombakan dalam PSR tahun ini, maka Teater Topeng tidak mau ketinggalan. Teater sekolah SMA 2 Denpasar ini memilih melakukan pentas tunggal, Sabtu 26 April kemarin.
Halaman RRI Denpasar menjadi pilihan setelah beberapa tempat yang biasanya dipakai pentas teater penuh karena memang hari itu banyak sekali agenda kebudayaan digelar di Denpasar. Walaupun dilaksanakan di halaman terbuka secara sederhana namun semangat tinggi nan ceria ala Teater Topeng tetap terlihat.

Mereka mengambil naskah berjudul Negeri Perempuan karya Sonia. Garapannya dikemas dengan sangat realis. Sentuhan komedi dalam setiap adegannya membuat puluhan penonton yang didominasi anak-anak teater sekolah lainnya bertahan hingga adegan terakhir yang berlangsung hampir selama satu jam.

Agaknya sudah menjadi ciri khas Teater Topeng tampil dengan gayanya yang ringan-ringan. Setiap adegan ditampilkan secara vulgar sehingga mudah dicerna penonton. Namun lemahnya, tidak ada pendalaman karakter dalam setiap tokohnya. Semua karakter terlihat sama. Ketika adegan menunjukkan kaum laki-laki yang berkuasa, semua karakter laki-laki menjadi galak. Demikian juga sebaliknya pada adegan kaum perempuan berkuasa. Tidak ada usaha untuk menggali karakter secara lebih detail. Hampir tidak ada pembedaan karakter secara individu.

Kekerasan selalu ditunjukkan dengan cara memukul, menendang atau menampar lawan mainnya. Kemarahan selalu diluapkan dengan berteriak dan menghujat. Semuanya dilakukan tanpa kontrol. Sehingga sering menghasilkan kecelakaan panggung. Penonton pun dibuat khawatir akan sakit yang diterima aktor atau aktris akibat tamparan, tendangan dan pukulan lawan mainnya. Bagaimanapun akting semestinya kontrol harus tetap dilakukan. Bahkan, akting akan kelihatan lebih berhasil jika aktor atau aktris berhasil juga mensiasati adegan dengan kontrolnya. Seandainya aktor atau aktris harus berakting tidur apakah mereka harus benar-benar tidur, begitulah teorinya Stanislavsky.

Namun dibalik kelemahan-kelemahan itu ada hal positif yang perlu kita catat. Teater Topeng termasuk teater yang masih muda jika dibandingkan dengan teater sekolah seperti Teater Angin SMA 1 Denpasar namun tetap eksis dan dengan semangat tinggi. Masih terus bergeliat walaupun LDM PSR ditiadakan. Bravo Topeng!! (dap)

Tidak ada komentar: